KATARAK SENILIS
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies),
Inggris (Cataract), dan Latin (Cataracta) yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bulardimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialahsetiap kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairanlensa) lensa, denaturasi protein
lensa atau akibat kedua-duanya (Ilyas, 2006).Katarak kerap disebut-sebut
sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World
Health Organization (WHO), katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di
dunia. Menurut WHO di negara berkembang 1-3% penduduk mengalami kebutaaandan
50% penyebabnya adalah katarak. Sedangakan untuk negara maju sekitar 1,2%
penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei Depkes RI tahun 1982 pada 8
Propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,2% dari seluruh penduduk,
sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1% dari seluruh penduduk.
Penelitian-penelitian di Amerika
Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka
kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65
sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75
tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio
pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih
dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan
yang tidak dapat dicegah tetapi dapatdisembuhkan. Definisi katarak menurut WHO
adalah kekeruhan yang terjadi padalensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke
dalam mata. Katarak terjadi karenafaktor usia, namun juga dapat terjadi pada
anak-anak yang lahir dengan kondisitersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut,yaitu usia diatas 50 tahun.
Katarak merupakan penyebab kebutaan
utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul
pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan
dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan
kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait
usia). Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi,
retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata
steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes,
galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela
kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak
turunan, radiasi sinar X) (Perdami, 2011).
B. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan
transparan. Lensa menyumbang kekuatanrefraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam
penglihatan. Kutub anterior dan posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal
yang disebut axis, sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi
lensa. Lensa merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak
memiliki pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang
berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan
lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini
merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar
yang elastis dan transparantersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari
sel-sel epitel lensa. Kapsul inimengandung isi lensa serta mempertahankan
bentuk lensa pada saat akomodasi.Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di
bagian tengah kutub posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula
yang berasal dari lamina basal pars planadan pars plikata badan silier. Serat-serat
zonula ini menyatu dengan lensa padabagian anterior dan psterior kapsul lensa.
Tepat di belakang kapsul anterior
lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.Sel-sel epitel ini dapat melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya,seperti sintesis DNA, RNA,
protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapatmembentuk ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baruterbentuk akan menuju equator
lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu
serat baru akan terbentuk dan akanmenekan serat-serat lama untuk berkumpul di
bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa
fetus yang diproduksi pada faseembrionik dan masih menetap hingga sekarang.
Serat-serat yang baru akanmembentuk korteks dari lensa (AAO, 2011).
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah
maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan kejernihannya, lensa harus
menggunakan aqueous humor sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh
karena itu, sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction
antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan
jumlah ini tidak banyak berubahseiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air
di dalam lensa berada di ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa
adalah sekitar 20µM dan potasiumsekitar 120µM. Konsentrasi sodium di luar lensa
lebih tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara
lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung dari permeabilitas membran
sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase
dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di
dalam lensa. Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa.
Konsentrasikalsium di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di luar
lensa adalahsekitar 2µM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya
oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat
menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein
high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran dan
permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif
masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yangberada di sel epitel. Glukosa
memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem
transport aktif (AAO, 2011).
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung
dan menambah kekuatan refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa.
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda
dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh aksi
badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuanyang
terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.Saat otot
silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih
cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat,
kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi,
serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi
oleh saraf simpatik cabang nervus III (okulomotorius). Obat-obat
parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu akomodasi,sedangkan obat-obat
parasimpatolitik (atropine) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan
relaksasi otot silier disebut cycloplegik.
D. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini
belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut
Ilyas (2006) sebagai berikut:
- Teori
putaran biologik (“A biologic clock”)
- Jaringan
embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati
- Imunologis;
dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel.
- Teori mutasi
spontan
- Teori ”A
free radical” : free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif
kuat, free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi, dan free
radicaldapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- Teori“A
Cross-link” : Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam
nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Lensa yang
normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang
paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2006).
Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak (AAO, 2011).
Katarak bisa
terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi
sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama.
Perubahan
kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul :
menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding anak), mulai presbiopia,
bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
- Epitel :
semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat,
bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
- Serat lensa
: lebih ireguler, pada korteks jelas terdapat kerusakan antarsel, Brown
sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks
lensa : tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi, sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
- Kekeruhan
lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi
pada usia lbih dari 60 tahun
E. Klasifikasi Katarak Senilis
- Stadium
Insipien
Pada katarak
stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam
korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringandegeneratif (benda Morgagni) pada katarak isnipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
- Stadium
Intumesen dan Imatur
Pada katarak
intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi kortek sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Pada katarak
senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehinggaterjadi
glaukoma sekunder.
- Stadium
Matur
Pada katarak
senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur
atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
- Stadium
Hipermatur
Pada katarak
stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
F. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan
gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil
yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih (Perdami, 2011).
Gejala katarak senilis biasanya
berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh
memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan
pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium
matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak
putih. Gejala umum gangguan katarak meliputi (AAO, 2011) :
- Penglihatan
tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka
terhadap sinar atau cahaya
- Dapat
terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan
pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata
berubah menjadi buram seperti kaca susu
G. Penegakan Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium
preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai
(contoh: diabetes melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti diabetes
mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi
secara dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya
dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus
pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi
pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat
normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan
pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis.
Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic
fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.
H. Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi, dan Pencegahan
Pengobatan pada katarak adalah
pembedahan. Untuk menentukan kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari
penderita.
Satu-satunya terapi untuk pasien
katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa)
dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :
- Ekstraksi
intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.
- Ekstraksi
ekstrakapsular (ECCE). Pada teknik ini, bagian depan kapsul dipotong dan
diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang.
Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian
komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
- Fakofragmentasi
dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang menggunakan
getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil
(2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini
kurang efektif pada katarak yang padat.
Operasi katarak terdiri dari
pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implan plastik.
Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada
anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak
mata atau diberikan secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien
dapat dirawat sebagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan
rumah sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
- Insisi luas pada perifer kornea
atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak ekstrakapsular
(extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
- Likuifikasi lensa menggunakan
probe ultrasonografi yang dimasukkan melaluiinsisi yang lebih kecil di kornea
atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanyatidak dibutuhkan penjahitan.
Sekarang metode ini merupakan metode pilihan dinegara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular
yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang
maata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik)
secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh
refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata
tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan
refraktif pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes
mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan
setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telahsembuh. Rehabilitasi visual
dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk
jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular
yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
Komplikasi pembedahan katarak antara
lain :
Hilangnya
vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang merupakan resiko
terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.
Prolaps
iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.
Endoftalmitis.
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarangterjadi
(<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri, penurunantajam
penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata depan (hipopion).
Astigmatisma
pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran kacamata baru
namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan
terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikanmasalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di
depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak
sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melaluiinsisi yang kecil menghindarkan
komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisma
yang telah ada sebelumnya.
Edema
makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama biladisertai
dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring berjalannya waktu,namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
Ablasio
retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
Opasifikasi
kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior
berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin
didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser
(neodymium yttrum(ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat
risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi
YAG. Penelitian yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa
bahan yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam
mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi
yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan menimbulkan gangguan
penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina.
Apabila pada
proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak
menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
Katarak
senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-halyang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori
bermanfaat (AAO, 2011).
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies),
Inggris (Cataract), dan Latin (Cataracta) yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bulardimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialahsetiap kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairanlensa) lensa, denaturasi protein
lensa atau akibat kedua-duanya (Ilyas, 2006).Katarak kerap disebut-sebut
sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World
Health Organization (WHO), katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di
dunia. Menurut WHO di negara berkembang 1-3% penduduk mengalami kebutaaandan
50% penyebabnya adalah katarak. Sedangakan untuk negara maju sekitar 1,2%
penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei Depkes RI tahun 1982 pada 8
Propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,2% dari seluruh penduduk,
sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1% dari seluruh penduduk.
Penelitian-penelitian di Amerika
Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka
kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65
sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75
tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio
pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih
dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan
yang tidak dapat dicegah tetapi dapatdisembuhkan. Definisi katarak menurut WHO
adalah kekeruhan yang terjadi padalensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke
dalam mata. Katarak terjadi karenafaktor usia, namun juga dapat terjadi pada
anak-anak yang lahir dengan kondisitersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut,yaitu usia diatas 50 tahun.
Katarak merupakan penyebab kebutaan
utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul
pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan
dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan
kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait
usia). Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi,
retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata
steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes,
galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela
kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak
turunan, radiasi sinar X) (Perdami, 2011).
B. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan
transparan. Lensa menyumbang kekuatanrefraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam
penglihatan. Kutub anterior dan posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal
yang disebut axis, sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi
lensa. Lensa merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak
memiliki pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang
berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan
lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini
merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar
yang elastis dan transparantersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari
sel-sel epitel lensa. Kapsul inimengandung isi lensa serta mempertahankan
bentuk lensa pada saat akomodasi.Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di
bagian tengah kutub posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula
yang berasal dari lamina basal pars planadan pars plikata badan silier. Serat-serat
zonula ini menyatu dengan lensa padabagian anterior dan psterior kapsul lensa.
Tepat di belakang kapsul anterior
lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.Sel-sel epitel ini dapat melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya,seperti sintesis DNA, RNA,
protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapatmembentuk ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baruterbentuk akan menuju equator
lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu
serat baru akan terbentuk dan akanmenekan serat-serat lama untuk berkumpul di
bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa
fetus yang diproduksi pada faseembrionik dan masih menetap hingga sekarang.
Serat-serat yang baru akanmembentuk korteks dari lensa (AAO, 2011).
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah
maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan kejernihannya, lensa harus
menggunakan aqueous humor sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh
karena itu, sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction
antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan
jumlah ini tidak banyak berubahseiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air
di dalam lensa berada di ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa
adalah sekitar 20µM dan potasiumsekitar 120µM. Konsentrasi sodium di luar lensa
lebih tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara
lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung dari permeabilitas membran
sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase
dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di
dalam lensa. Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa.
Konsentrasikalsium di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di luar
lensa adalahsekitar 2µM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya
oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat
menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein
high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran dan
permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif
masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yangberada di sel epitel. Glukosa
memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem
transport aktif (AAO, 2011).
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung
dan menambah kekuatan refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa.
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda
dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh aksi
badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuanyang
terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.Saat otot
silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih
cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat,
kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi,
serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi
oleh saraf simpatik cabang nervus III (okulomotorius). Obat-obat
parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu akomodasi,sedangkan obat-obat
parasimpatolitik (atropine) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan
relaksasi otot silier disebut cycloplegik.
D. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini
belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut
Ilyas (2006) sebagai berikut:
- Teori
putaran biologik (“A biologic clock”)
- Jaringan
embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati
- Imunologis;
dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel.
- Teori mutasi
spontan
- Teori ”A
free radical” : free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif
kuat, free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi, dan free
radicaldapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- Teori“A
Cross-link” : Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam
nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Lensa yang
normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang
paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2006).
Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak (AAO, 2011).
Katarak bisa
terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi
sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama.
Perubahan
kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul :
menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding anak), mulai presbiopia,
bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
- Epitel :
semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat,
bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
- Serat lensa
: lebih ireguler, pada korteks jelas terdapat kerusakan antarsel, Brown
sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks
lensa : tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi, sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
- Kekeruhan
lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi
pada usia lbih dari 60 tahun
E. Klasifikasi Katarak Senilis
- Stadium
Insipien
Pada katarak
stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam
korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringandegeneratif (benda Morgagni) pada katarak isnipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
- Stadium
Intumesen dan Imatur
Pada katarak
intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi kortek sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Pada katarak
senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehinggaterjadi
glaukoma sekunder.
- Stadium
Matur
Pada katarak
senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur
atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
- Stadium
Hipermatur
Pada katarak
stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
F. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan
gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil
yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih (Perdami, 2011).
Gejala katarak senilis biasanya
berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh
memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan
pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium
matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak
putih. Gejala umum gangguan katarak meliputi (AAO, 2011) :
- Penglihatan
tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka
terhadap sinar atau cahaya
- Dapat
terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan
pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata
berubah menjadi buram seperti kaca susu
G. Penegakan Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium
preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai
(contoh: diabetes melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti diabetes
mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi
secara dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya
dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus
pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi
pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat
normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan
pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis.
Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic
fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.
H. Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi, dan Pencegahan
Pengobatan pada katarak adalah
pembedahan. Untuk menentukan kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari
penderita.
Satu-satunya terapi untuk pasien
katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa)
dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :
- Ekstraksi
intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.
- Ekstraksi
ekstrakapsular (ECCE). Pada teknik ini, bagian depan kapsul dipotong dan
diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang.
Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian
komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
- Fakofragmentasi
dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang menggunakan
getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil
(2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini
kurang efektif pada katarak yang padat.
Operasi katarak terdiri dari
pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implan plastik.
Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada
anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak
mata atau diberikan secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien
dapat dirawat sebagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan
rumah sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
- Insisi luas pada perifer kornea
atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak ekstrakapsular
(extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
- Likuifikasi lensa menggunakan
probe ultrasonografi yang dimasukkan melaluiinsisi yang lebih kecil di kornea
atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanyatidak dibutuhkan penjahitan.
Sekarang metode ini merupakan metode pilihan dinegara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular
yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang
maata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik)
secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh
refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata
tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan
refraktif pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes
mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan
setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telahsembuh. Rehabilitasi visual
dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk
jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular
yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
Komplikasi pembedahan katarak antara
lain :
Hilangnya
vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang merupakan resiko
terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.
Prolaps
iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.
Endoftalmitis.
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarangterjadi
(<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri, penurunantajam
penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata depan (hipopion).
Astigmatisma
pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran kacamata baru
namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan
terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikanmasalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di
depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak
sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melaluiinsisi yang kecil menghindarkan
komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisma
yang telah ada sebelumnya.
Edema
makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama biladisertai
dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring berjalannya waktu,namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
Ablasio
retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
Opasifikasi
kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior
berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin
didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser
(neodymium yttrum(ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat
risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi
YAG. Penelitian yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa
bahan yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam
mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi
yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan menimbulkan gangguan
penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina.
Apabila pada
proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak
menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
Katarak
senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-halyang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori
bermanfaat (AAO, 2011).
Postingan yg bagus
ReplyDeletehttps://apartemenwaterplace.blogspot.com