BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Sterilisasi
adalah suatu proses pemusnahan segala bentuk mikroorganisme beserta sporanya
agar tidak kembali hidup kedalam materi atau sampel,alat-alat,atau linkungan
tersebut.
Sterilisasi
merupakan proses penggunaan suhu tinggi (diatas) 1000C. Suhu dan waktu
sterilisasi tergantung dari produk dan macam mikroorganisme yang ada. Umumnya
kita mengenal proses sterilisasi adalah suhu 1210C selama 15 menit tanpa
memperhatikan bahan dan jumlah yang disterilkan. Pada suhu 1210C dengan media
air maka dibutuhkan adanya tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Tekanan yang tinggi akan mempercepat kerusakan DNA sehingga sporapun dapat
dimatikan pada proses ini. Proses sterilisasi umumnya untuk mematikan bakteri
pembentuk spora seperti Clostridium botulinum tipe A dan B dan Bacillus
stearothermophilus, B. coagulans.
Steralisasi
adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun
yang patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu
benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses
sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada
pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran
oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga
penting.
Sterilisasi
banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau
kuman patogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran
dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis
sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering,
steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.alam steralisasi di
antaranya:
a.
Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di
steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan
jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan
sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip
bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam
sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai.
e.
Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f.
Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka
harus dilakukan steralisasi ulang.
Sterilisasi
atau suci hama yaitu suatu proses dimana membunuh segala bentuk kehidupan mikro
organisme yang ada dalam sample atau contoh,alat-alat atau lingkungan tertentu.
Dalam
ilmu bedah, sterilisasi berarti memusnahkan semua mikroorganisme beserta
sporanya, sedangkan desinfeksi berarti memusnahkn semua mikroorganisme yang
tidak mempunyai spora, misalnya kuman-kuman. Desinfeksi biasanya dilakukan pada
pakaian, alat-alat linen, tempat tidur, alat buang air kecil dan besar, dan
sebagainya.
1.2
Rumusan masalah
1) apa
yang diaksud dengan sterilisasi?
2) Berbagai
jenis proses sterilisasi?
3) Infeksi
akibat proses sterilisasi yang salah?
1.3
Tujuan
Ø Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah MIKROBIOLOGI
Ø Diharapkan
dapat membantu mahasiswa/i dalam berdiskusi penyelesaian masalah infeksi akibat
kesalahan proses sterilisasi
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi
adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad
renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi
jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad
renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya
pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih
berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten
dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan.
Beberapa
alat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah
dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau
cairan tubuh. Oleh karena itu produk tersebut harus steril atau bebas dari
mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen. Sebagian besar produk alat
kesehatan terutama terbuat dari bahan polimer yang tidak tahan pemanasan dengan
suhu tinggi, karena itu strelisasi yang dapat digunakan adalah sterilisasi
dingin menggunakan gas etilen oksida (ETO) atau radiasi. Sterilisasi dengan gas
ETO mempunyai beberapa kelemahan misalnya bersifat toksik pada manusia,
meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik pada produk, polusi terhadap
lingkungan, dan memerlukan karantina produk 7-14 hari. Dengan demikian radiasi
pengion merupakan pilihan yang tepat untuk sterilisasi dingin terhadap produk
yang tidak tahan panas seperti alat kedokteran dan tissue graft.
2.2
Proses Sterilisasi
Ada banyak pilihan cara sterilisai
yang berbeda, namun yang penting adalah bagaimana menetapakan bahwa produk
akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan. Suatu produk dapa
disterilkan melalui cara sterilisasi akhir (terminal sterilization) atau dengan
cara aseptic (aseptic processing). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan produk steril yaitu :
1. Terminal
Sterilization (sterilisasi akhir) metode sterilisasi akhir menurut PDA
Technical Manograph (2005) dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Overkill
Methood adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada
121oC, selama 15 menit yang mampu membeikan minimal reuksi setingkat
log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai 0 minimal 1
menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas
seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih
efisien, cepat dan aman.
b.
Bioburden
Strilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi jalur
produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat
sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 10-6. Kita menggunakan metode
umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila terlalu panas
terlalu tinggi seperti za organik.(Stefanus.2006)
2. Aseptic
Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk
steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau
bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steri
dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan petugas
telah terkontrol sedemikian ruoa sehingga kontaminasi mirroba tetap ada pada
level yang dapat diterima (aceptablle) dam calane zone (grade A dan
B).(Stefanus. 2006)
Macam-macam sterilisasi yang dapat
digunakan :
1. Sterilisasi
panas dengan tekana atau sterilisasi uap (autoklaf). Pada saat melakukan
sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada tekanan tertentu
selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan
energi laen uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel.
Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal
karena :
a.
Uap
merupakan pembawa (carrier) energy tertanal paling efektif dan semua lapisan
pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakan, sehingga memungkinkan terjadinya
koagulasi.
b.
Bersifat
nontosik, mudah diperoleh dan relatife mudah dikontrol.
Penggunaan autoklaf ini harus dengan
suhu 121oC selama 15 menit. Factor-faktor yang mempengaruhi
sterilisasi uap ada 3 yaitu : waktu, suhu dan kelembaban.(Stefanus. 2006).
2. Sterilisasi
panas kering (Oven)
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui
mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsurpsi oleh permukaan luar alat yang
disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk
sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk
alat-alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau untuk
peralatan yang terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan
mikroorganisme terjadi melalui mikanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya
koagulasi protein sel. Karena panas dan kering kurang efektif dalam membunuh
mikroba dari autoklaf, maka sterilisasi memerlukan temperature yang lebih
tinggi dan waktu yang lebih panjang.(Stefanus. 2006)
3. Sterilisasi,
Tyndllisasi.
Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap dengan
beberapa menit saja. Sehabis didiamkan satu hari, selama itu spora-spora sempat
tumbuh menjadi bakteri vegetative. Maka medium tersebut dididihkan lagi selama
beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut dididihkan lagi,
sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperoleh medium yang steril dan zat-zat
organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak perubahan seperti
halnya pada cara yang dilakukan oleh spallanzani (1729-1799).(Dwidjoseputro.
2005)
4. Sterilisasi
dengan penyaringan (Filtrasi).
Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan
tanah diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami
penguraian sama sekali. Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan
penyaringan semacam ini. Oleh karena itu, sehabis penyaringan, medium masih
perlu dipanaskan dengan autoclave meskipun tidak selama 15 menit dengan
teperatur 121oC. penyaringan dapat dilakukan juga dengan saringan
yang dibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih mudah penggunaannya
daripada parselin. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan
saringan porselin terlalu mahal untuk dibuang dan terlalu sulit
dibersihkan.(Dwidjoseputro. 2005)
Ada tiga cara utma yang umum
dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas penggunaan bahan kimia dan
penyaringan(filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka
disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah bila tanpa kelembaban
maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dipihak lain
sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau
radiasi.(Hadiotomo. 1985)
5. Sterilisasi
radiasi
a.
Ultraviolet
Ultraviolet
merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100-400 mm dengan
efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya tembus
hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada
penggunaan aseptic.
b.
Jon
Mekanisme
mengikutitori tumbukan yaitu sinar langsung menghantam pusat kehidupan mikroba
(kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dahulu membentuk
molekul dan mengubahnya menjadi bentuk radikatnya yang menyebabkan terjadinya
reaksi sekunder pada bagian molekul DNA mikroba.
c.
Gamma
Gamma
bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas sebesar
50-500 kilo curie serta memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis
efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan untuk mensterilkan alat-alat
yang terbuat dari logam, kaet serta bahan sintesis seperti pulietilen.(Ratna.
1985)
Pensterilkan Gelas-gelas, botol,
pipa pipet yang sudah bersih tidak disterilkan dengan autoklaf, karena
barang-barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari
gelas dimasukkan didalam oven kering selama 2-3 jam pada temperatur 160o-170oC.
Hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven.
Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering selama waktu dan temperature
seperti diatas. Alat-alat yang bahan kering tidak boleh dimasukkan dalam oven
kering. Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etiken oksida.
Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati karena ada bahaya tertentu.(Ratna.
1985)
Benda yang akan dicuci dihamakan diletakkan diatas lempengan saringan dan tidak
langsung mengenai air dibawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih pada
tekanan temperature yang lumayan tinggi kira-kira 121oC. organism
yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan 100oC selama
kurang lebih 30 menit. Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatu
kurang tinggi untuk mencapai temperature antara 160oC sampai dengan
180oC. pada temperature ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel
hidup dan jaringan.(Ratna. 1985)
Sterilisasi dengan pemanasan merupakan cara yang paling banyak dipakai. Pada
prinsipnya sterilisasi dengan pemanasan ada empat macam yaitu sebagai berikut :
1. Sterilisasi
dengan pemijaran
2. Sterilisasi
dengan udara panas
3. Sterilisasi
dengan uap air panas
4. Sterilisasi
denagan uap air panas bertekanan
Sterilisasi dengan pemijaran, cara
ini terutama dipakai untuk sterilisasi jarum ose dan sebagainnya terbuat dari
platina, caranya dengan membakar alat-alat tersebut diatas api lampu spirtus
sampai pijar. Sterilisasi dengan udara panas, untuk keperluan ini dipakai alat
yang mempunyai thermostat yang disebut hot air stelizer(oven).pada umumnya
temperature yang digunakan pada sterilisasi secara kering 170-180oC,
paling sedikit selama 2 jam. Sterilisasi dengan menggunakan uap air panas ,
bahan-bahan yang mengandung cairan, tidak dapat disterilkan dengan udara panas
yang kering. Sterilisasi yang baik adalah dengan mengunakan uap air panas
bahan-bahan yang disterilkan dengan cara ini pada umumnya medium kultur yang
tidak tahan terhadap panasyang sangat tinggi. Sterlisasi dengan menggunakan uap
panas bertekanan, alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap panas
bertekanan ialah autoclave. Alat ini terdiri atas suatu bejana yang tahan
terhadap tekanan tinggi yang dilengkapi monometer, thermometer dan kleb.
Sterilisasi dengan autoclave merupakan cara sterilisasi yang paling baik, jika
dibandingkan dengan cara-carasterilsasi lainnya. Dan ada pula sterilisasi
dengan penyinaran, dimksudka disini untuk merusak kemampuan sel mikroba
pengkontaminan secara seluler dan genetic yang mengakibatkan mikroba tersebut
tidak mampu untuk melakukan reproduksi dan pertumbuhan. Teknik sterilisasi ini
biasanya menggunakan radiasi ion dengan dosisi dan waktu pemaparan yang cukup
lama.(Ratna. 1985)
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang
elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet, radiasi
sinar gamma atau juga sinarX dan sinar matahari. Sinar matahari banyak
mengandung sinar ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk
proses sterilisasi. Sinar ultraviolet biasa diperoleh dengan menggunakan katoda
panas yaitu kedalam tabung katoda bertekanan rendah diisi dengan uap air panas,
panjang gelomban ini yang dihasilkan dalam proses ini biasanya dalam orde sampe
dengan atau kurang lebih kira-kira bersikaran 2500-2600 angstrom.(Ratna. 1985)
2.3 Infeksi akibat kesalahan
proses sterilisasi
Sterilisasi
adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan secra fisika atau kimia,dengan
tujuan utuk menghilangkan mikroorganisme.sehingga tercapai tingkat sterillitas
yang sesuai dengan standart sterilisasi. Sedangkan uhntuk steril sendiri
kondisi bebas atau probabilitas keadaan bebas dari mikroorganisme.
Sebagaimana
kita ketahui,kebersihan peralatan kedokteran pada suatu instansi pelayanan maupun peralatan rumah tangga yang memang
seharusnya benar-benar dalam keadaan steril mmerupakan suatu hal yang sangat
pentingyang ditujukan agr selama proses tindakan medis tidak terjadi infeksi
atau penularan bakteri,virus,kuman yang tertinggal dari alat sebelumnya.
Misalkan;
1. Pada botol
susu bayi, proses
sterilisasi perlu dilakukan secara teratur dan benar setiap kali botol
digunakan. Hal ini penting agar bisa mengurangi masuknya bakteri atau kuman
yang bisa mengkontaminasi botol dan menyebabkan diare.Sterilisasi botol susu
bisa menggunakan alat khusus untuk steril, namun jika tidak ada alat ini maka
bisa dilakukan melalui proses merebus. Selain menjaga kebersihan botol,
orangtua atau perawat yang akan menyiapkan susu untuk bayi perlu mencuci tangan
terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan juga air mengalir. “Di dalam kulit manusia terdapat kuman residu
atau yang menetap di kulit dan juga kuman pendatang. Untuk kuman pendatang
seperti S. aureus, E.coli dan pseudomonas, sedangkan untuk kuman menetap
misalnya Staphylococcus, epidermis, acinetobacter, yang pada jumlah tertentu hilang
tapi pada beberapa waktu ia muncul kembali,” ujar dr Lily. Untuk itu setiap kali akan
mempersiapkan susu atau makanan bayi sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu
untuk menghilangkan kuman-kuman yang berpotensi menyebabkan infeksi, termasuk
melakukan steril untuk mainan yang sering digigit oleh bayi.
2. Pemberian obat yang paling
disukai dan aman adalah melalui mulut atau per oral. Pemberian secara suntikan
umumnya untuk tujuan agar obatnya cepat memberikan khasiat. Pemberian suntikan
juga tidak dapat dilakukan untuk obat-obat tertentu yang tidak bisa diserap
melalui saluran cerna atau tidak berkhasiat bila diberikan per oral. Pemberian
melalui suntikan cukup beresiko dibandingkan melalui mulut. Sayang ada di
antara pasien atau masyarakat yang menganggap pemberian secara suntikan akan
lebih berkhasiat dibanding obat oral. Bahkan ada di antara mereka yang
menganggap kalau belum disuntik rasanya belum berobat. Yang lebih parah lagi
ada masyarakat yang meminta atau ingin suntikan lebih dari satu. Dalam fikiran
mereka beberapa suntikan akan memberikan efek yang sangat mujarab. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari petugas kesehatan.
Lebih dari 70% pemberian obat dalam bentuk suntikan sebetulnya tidak perlu
diberikan dalam bentuk obat suntik. Obat tersebut sebetulnya dapat diberikan dalam
bentuk sediaan oral atau bentuk lain. Pemberian obat dalam bentuk suntikan juga
berhubungan erat dengan biaya yang akan dibayarkan pasien. Komunikasi timbal
balik antara penderita dengan tenaga kesehatan dapat meluruskan kesalahpahaman
tentang pemberian obat melalui suntikan. Hal tersebut diharapkan akan dapat
menurunkan kemungkinan penyalahgunaan pemilihan cara pemberian obat. Kulit berfungsi sebagai pelindung. Tubuh kita hampir tidak
dapat terinfeksi melalui kulit, bila kulit tidak dirusak atau tidak dilukai
melalui tusukan jarum suntik atau trauma mekanik lainnya. Banyak mikroba normal
atau patogen ada di sekitar kita, yang mungkin dapat menginfeksi. Resiko
infeksi oleh kuman atau mikroba patogen cukup tinggi. Bahkan oleh bakteri yang
tidak membutuhkan zat asam atau oksigen dalam hidupnya. Infeksi oleh kuman
jenis ini sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal, seperti tetanus.
Pemberian obat melalui suntikan merupakan salah satu cara penggunaan obat dalam
pelayanan kesehatan. Obat-obat yang diberikan dalam bentuk suntikan umumnya
adalah untuk tindakan pengobatan. Di samping itu juga diberikan pada imunisasi,
transfusi darah atau komponen darah, dan untuk tujuan kontrasepsi. Terjadinya
infeksi pada bekas suntikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penggunaan
ulang alat suntik tanpa sterilisasi merupakan sumber infeksi.
3. Zaman dahulu, alat suntik umumnya digunakan
berulang-ulang. Tabung alat suntik terbuat dari kaca dan baja stain less steel
yang dapat disterilisasi ulang. Ternyata penggunaan alat kuno tersebut masih
memberi peluang terjadinya infeksi, terutama oleh virus. Sekarang semua alat
suntik sudah dibuat untuk sekali pakai atau disposible. Tetapi oleh pihak
tertentu yang tidak bertanggungjawab, alat suntik yang sudah digunakan justru
dimanfaatkan lagi untuk suntikan berikutnya. Inilah yang dapat menyebabkan
infeksi. Dari hasil penelitian ternyata hampir 40% dari praktek tak bermoral
tersebut dilakukan oknum. Bahkan di negara miskin tertentu sampai 70%. Harga
alat suntik sekali pakai sudah sangat murah dibandingkan harga obat yang
disuntikkan. Apalagi bila dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan. Sebagai
konsumen anda perlu memastikan bahwa alat suntik yang digunakan adalah sekali
pakai, baru dan belum digunakan sebelumnya.
4. Alat suntik yang sudah
kadaluwarsa, juga berpeluang menyebabkan infeksi. Stabilitas kebebaskumanan
alat suntik ada batasnya. Bila telah lewat batas tersebut, maka alat suntik
tersebut harus dimusnahkan. Alat suntik bekas dan lewat batas penggunaan sering
dikumpulkan lagi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk dijual
kembali ke pasar gelap (black market).
5. Obat atau alat kesehatan
dari sumber bantuan sering memiliki batas daluwarsa yang sudah dekat, sehingga
berpotensi lewat daluwarsa. Penggunaan secara bersama dan tidak aseptis (tidak
menjaga alat dan lingkungan tetap bebas mikroba) oleh pengguna obat-obat
narkotika berpeluang besar terjadinya infeksi karena alat suntik. Beberapa
infeksi virus yang sering terjadi adalah virus hepatitis B (HBV), virus
hepatitis C (HCV) dan virus HIV. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi karena suntikan. Jangan menggunakan ulang alat suntik.
Jangan menyuntik pada satu tempat bagian tubuh yang sama secara berulang-ulang.
Jika seseorang menyuntik anda, pastikan mereka tahu apa yang dilakukan.
Pastikan larutan obat suntik yang akan disuntikkan dalam keadaan bebas kuman.
Jangan tusukkan jarum suntik yang sudah digunakan ke wadah obat suntik takaran
berganda. Jangan menggunakan alat suntik secara bersama-sama. Jangan
menggunakan alat suntik lebih dari satu kali walaupun untuk pasien dan obat
yang sama. Alat suntik sekali pakai sangat murah dibandingkan harga obat yang
akan disuntikkan dan merupakan tindakan sia-sia bila dibandingkan dengan resiko
yang akan ditimbulkan. Pastikan anggota keluarga atau penderita sendiri yang
menggunakan suntikan insulin di rumah betul-betul terlatih dan memahami prinsip
bebas kuman. Untuk itu tidak ada pilihan lain, hanya menggunakan alat suntik
sekali pakai. Kebijakan menggunakan satu alat suntik ber ulang kali untuk
pasien yang sama, walaupun dengan obat yang sama perlu dihindarkan. Pak Makmur,
penyebab infeksi pada anak Bapak, mungkin salah satu dari mekanisme di atas.
Tidak ada maksud untuk menyudutkan pihak manapun. Ada kemungkinan penyebab
infeksi bukan disebabkan oleh tenaga kesehatan yang menyuntik, tetapi oleh
obatnya atau alat yang digunakan. Ada obat yang memeng rentan untuk tercemar
oleh kuman seperti jamur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran
secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya. Ada 5 metode umum
sterilisasi, yaitu : sterilisasi uap (panas lembab), sterilisasi panas kering,
sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi), sterilisasi gas, sterilisasi dengan
Radiasi.
Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah
suatu peruses untuk mematikan semua organismeyang terdapat pada atau didalam
suatu benda. Hal ini diperlukan agar mikroba yang ingin ditumbuhkan diamati dan
diisolasi terbebas dari mikroba lain (mikroba kontamina). Suatu bahan atau alat
dikatakan steril bila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba, baik dalam
bentuk sel vegetatife maupu spora sterilisasi dilakukan tehadap bahan dan alat
sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu
dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak
menguntungkan. Sterlisasi dengan pemanasan ada 4 macam yaitu pemijaran, udara
panas, uap air panas dan uap air panas bertekanan. Kemudian ada juga
sterilisasi dengan metode penyinaran dan penyaringan.
Kesalahan dalam melaksanakan proses
sterilisaasi dapat berakibat fatal,karena akan terjadi penularan penyakit dari
satu individu ke individu yang lain atau bahkan terjadi infeksi yang akut
terhadap pejamu rentan.
3.2 Saran
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya
sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak
demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan
makalah-makalah berikutnya.
No comments:
Post a Comment