Friday 10 May 2013

STERILISASI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1           Latar belakang

Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan segala bentuk mikroorganisme beserta sporanya agar tidak kembali hidup kedalam materi atau sampel,alat-alat,atau linkungan tersebut.
Sterilisasi merupakan proses penggunaan suhu tinggi (diatas) 1000C. Suhu dan waktu sterilisasi tergantung dari produk dan macam mikroorganisme yang ada. Umumnya kita mengenal proses sterilisasi adalah suhu 1210C selama 15 menit tanpa memperhatikan bahan dan jumlah yang disterilkan. Pada suhu 1210C dengan media air maka dibutuhkan adanya tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Tekanan yang tinggi akan mempercepat kerusakan DNA sehingga sporapun dapat dimatikan pada proses ini. Proses sterilisasi umumnya untuk mematikan bakteri pembentuk spora seperti Clostridium botulinum tipe A dan B dan Bacillus stearothermophilus, B. coagulans.
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman patogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.alam steralisasi di antaranya:
a.    Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih           berfungsi.
b.    Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang     jelas dengan    menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal     pelaksanaan  sterilisasi.
c.    Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d.   Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e.    Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f.     Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan steralisasi ulang.
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses dimana membunuh segala bentuk kehidupan mikro organisme yang ada dalam sample atau contoh,alat-alat atau lingkungan tertentu.
Dalam ilmu bedah, sterilisasi berarti memusnahkan semua mikroorganisme beserta sporanya, sedangkan desinfeksi berarti memusnahkn semua mikroorganisme yang tidak mempunyai spora, misalnya kuman-kuman. Desinfeksi biasanya dilakukan pada pakaian, alat-alat linen, tempat tidur, alat buang air kecil dan besar, dan sebagainya.

1.2           Rumusan masalah

1)      apa yang diaksud dengan sterilisasi?
2)      Berbagai jenis proses sterilisasi?
3)      Infeksi akibat proses sterilisasi yang salah?


1.3           Tujuan

Ø  Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah MIKROBIOLOGI
Ø  Diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam berdiskusi penyelesaian masalah infeksi akibat kesalahan proses sterilisasi






















BAB II
ISI

2.1 Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan.
Beberapa alat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh. Oleh karena itu produk tersebut harus steril atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen. Sebagian besar produk alat kesehatan terutama terbuat dari bahan polimer yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi, karena itu strelisasi yang dapat digunakan adalah sterilisasi dingin menggunakan gas etilen oksida (ETO) atau radiasi. Sterilisasi dengan gas ETO mempunyai beberapa kelemahan misalnya bersifat toksik pada manusia, meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik pada produk, polusi terhadap lingkungan, dan memerlukan karantina produk 7-14 hari. Dengan demikian radiasi pengion merupakan pilihan yang tepat untuk sterilisasi dingin terhadap produk yang tidak tahan panas seperti alat kedokteran dan tissue graft.


2.2 Proses Sterilisasi

Ada banyak pilihan cara sterilisai yang berbeda, namun yang penting adalah bagaimana menetapakan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan. Suatu produk dapa disterilkan melalui cara sterilisasi akhir (terminal sterilization) atau dengan cara aseptic (aseptic processing). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril yaitu :
1.      Terminal Sterilization (sterilisasi akhir) metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Manograph (2005) dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Overkill Methood adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada 121oC, selama 15 menit yang mampu membeikan minimal reuksi setingkat log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai 0 minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman.
b.      Bioburden Strilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 10-6. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila terlalu panas terlalu tinggi seperti za organik.(Stefanus.2006)
2.      Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steri dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan petugas telah terkontrol sedemikian ruoa sehingga kontaminasi mirroba tetap ada pada level yang dapat diterima (aceptablle) dam calane zone (grade A dan B).(Stefanus. 2006)

    Macam-macam sterilisasi yang dapat digunakan :
1.      Sterilisasi panas dengan tekana atau sterilisasi uap (autoklaf). Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laen uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif  dan ideal karena :
a.       Uap merupakan pembawa (carrier) energy tertanal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.
b.      Bersifat nontosik, mudah diperoleh dan relatife mudah dikontrol.
            Penggunaan autoklaf ini harus dengan suhu 121oC selama 15 menit. Factor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap ada 3 yaitu : waktu, suhu dan kelembaban.(Stefanus. 2006).
2.      Sterilisasi panas kering (Oven)
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsurpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui mikanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya koagulasi protein sel. Karena panas dan kering kurang efektif dalam membunuh mikroba dari autoklaf, maka sterilisasi memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang.(Stefanus. 2006)
3.      Sterilisasi, Tyndllisasi.
Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap dengan beberapa menit saja. Sehabis didiamkan satu hari, selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetative. Maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut dididihkan lagi, sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperoleh medium yang steril dan zat-zat organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak perubahan seperti halnya pada cara yang dilakukan oleh spallanzani (1729-1799).(Dwidjoseputro. 2005)
4.      Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi).
Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu, sehabis penyaringan, medium masih perlu dipanaskan dengan autoclave meskipun tidak selama 15 menit dengan teperatur 121oC. penyaringan dapat dilakukan juga dengan saringan yang dibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih mudah penggunaannya daripada parselin. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselin terlalu mahal untuk dibuang dan terlalu sulit dibersihkan.(Dwidjoseputro. 2005)
             Ada tiga cara utma yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas penggunaan bahan kimia dan penyaringan(filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dipihak lain sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi.(Hadiotomo. 1985)
5.      Sterilisasi radiasi
a.       Ultraviolet
Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya tembus hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptic.
b.      Jon
Mekanisme mengikutitori tumbukan yaitu sinar langsung menghantam pusat kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dahulu membentuk molekul dan mengubahnya menjadi bentuk radikatnya yang menyebabkan terjadinya reaksi sekunder pada bagian molekul DNA mikroba.
c.       Gamma
Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas sebesar 50-500 kilo curie serta memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari logam, kaet serta bahan sintesis seperti pulietilen.(Ratna. 1985)
            Pensterilkan Gelas-gelas, botol, pipa pipet yang sudah bersih tidak disterilkan dengan autoklaf, karena barang-barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan didalam oven kering selama 2-3 jam pada temperatur 160o-170oC. Hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering selama waktu dan temperature seperti diatas. Alat-alat yang bahan kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etiken oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati karena ada bahaya tertentu.(Ratna. 1985)
            Benda yang akan dicuci dihamakan diletakkan diatas lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air dibawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih pada tekanan temperature yang lumayan tinggi kira-kira 121oC. organism yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan 100oC selama kurang lebih 30 menit. Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatu kurang tinggi untuk mencapai temperature antara 160oC sampai dengan 180oC. pada temperature ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan.(Ratna. 1985)
            Sterilisasi dengan pemanasan merupakan cara yang paling banyak dipakai. Pada prinsipnya sterilisasi dengan pemanasan ada empat macam yaitu sebagai berikut :
1.      Sterilisasi dengan pemijaran
2.      Sterilisasi dengan udara panas
3.      Sterilisasi dengan uap air panas
4.      Sterilisasi denagan uap air panas bertekanan
Sterilisasi dengan pemijaran, cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi jarum ose dan sebagainnya terbuat dari platina, caranya dengan membakar alat-alat tersebut diatas api lampu spirtus sampai pijar. Sterilisasi dengan udara panas, untuk keperluan ini dipakai alat yang mempunyai thermostat yang disebut hot air stelizer(oven).pada umumnya temperature yang digunakan pada sterilisasi secara kering 170-180oC, paling sedikit selama 2 jam. Sterilisasi dengan menggunakan uap air panas , bahan-bahan yang mengandung cairan, tidak dapat disterilkan dengan udara panas yang kering. Sterilisasi yang baik adalah dengan mengunakan uap air panas bahan-bahan yang disterilkan dengan cara ini pada umumnya medium kultur yang tidak tahan terhadap panasyang sangat tinggi. Sterlisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan, alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan ialah autoclave. Alat ini terdiri atas suatu bejana yang tahan terhadap tekanan tinggi yang dilengkapi monometer, thermometer dan kleb. Sterilisasi dengan autoclave merupakan cara sterilisasi yang paling baik, jika dibandingkan dengan cara-carasterilsasi lainnya. Dan ada pula sterilisasi dengan penyinaran, dimksudka disini untuk merusak kemampuan sel mikroba pengkontaminan secara seluler dan genetic yang mengakibatkan mikroba tersebut tidak mampu untuk melakukan reproduksi dan pertumbuhan. Teknik sterilisasi ini biasanya menggunakan radiasi ion dengan dosisi dan waktu pemaparan yang cukup lama.(Ratna. 1985)
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet, radiasi sinar gamma atau juga sinarX dan sinar matahari. Sinar matahari banyak mengandung sinar ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi. Sinar ultraviolet biasa diperoleh dengan menggunakan katoda panas yaitu kedalam tabung katoda bertekanan rendah diisi dengan uap air panas, panjang gelomban ini yang dihasilkan dalam proses ini biasanya dalam orde sampe dengan atau kurang lebih kira-kira bersikaran 2500-2600 angstrom.(Ratna. 1985)

2.3 Infeksi akibat kesalahan proses  sterilisasi
            Sterilisasi adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan secra fisika atau kimia,dengan tujuan utuk menghilangkan mikroorganisme.sehingga tercapai tingkat sterillitas yang sesuai dengan standart sterilisasi. Sedangkan uhntuk steril sendiri kondisi bebas atau probabilitas keadaan bebas dari mikroorganisme.
            Sebagaimana kita ketahui,kebersihan peralatan kedokteran pada suatu instansi pelayanan  maupun peralatan rumah tangga yang memang seharusnya benar-benar dalam keadaan steril mmerupakan suatu hal yang sangat pentingyang ditujukan agr selama proses tindakan medis tidak terjadi infeksi atau penularan bakteri,virus,kuman yang tertinggal dari alat sebelumnya. Misalkan;
1.      Pada botol susu bayi, proses sterilisasi perlu dilakukan secara teratur dan benar setiap kali botol digunakan. Hal ini penting agar bisa mengurangi masuknya bakteri atau kuman yang bisa mengkontaminasi botol dan menyebabkan diare.Sterilisasi botol susu bisa menggunakan alat khusus untuk steril, namun jika tidak ada alat ini maka bisa dilakukan melalui proses merebus. Selain menjaga kebersihan botol, orangtua atau perawat yang akan menyiapkan susu untuk bayi perlu mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan juga air mengalir. “Di dalam kulit manusia terdapat kuman residu atau yang menetap di kulit dan juga kuman pendatang. Untuk kuman pendatang seperti S. aureus, E.coli dan pseudomonas, sedangkan untuk kuman menetap misalnya Staphylococcus, epidermis, acinetobacter, yang pada jumlah tertentu hilang tapi pada beberapa waktu ia muncul kembali,” ujar dr Lily.         Untuk itu setiap kali akan mempersiapkan susu atau makanan bayi sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman-kuman yang berpotensi menyebabkan infeksi, termasuk melakukan steril untuk mainan yang sering digigit oleh bayi.
2.      Pemberian obat yang paling disukai dan aman adalah melalui mulut atau per oral. Pemberian secara suntikan umumnya untuk tujuan agar obatnya cepat memberikan khasiat. Pemberian suntikan juga tidak dapat dilakukan untuk obat-obat tertentu yang tidak bisa diserap melalui saluran cerna atau tidak berkhasiat bila diberikan per oral. Pemberian melalui suntikan cukup beresiko dibandingkan melalui mulut. Sayang ada di antara pasien atau masyarakat yang menganggap pemberian secara suntikan akan lebih berkhasiat dibanding obat oral. Bahkan ada di antara mereka yang menganggap kalau belum disuntik rasanya belum berobat. Yang lebih parah lagi ada masyarakat yang meminta atau ingin suntikan lebih dari satu. Dalam fikiran mereka beberapa suntikan akan memberikan efek yang sangat mujarab. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari petugas kesehatan. Lebih dari 70% pemberian obat dalam bentuk suntikan sebetulnya tidak perlu diberikan dalam bentuk obat suntik. Obat tersebut sebetulnya dapat diberikan dalam bentuk sediaan oral atau bentuk lain. Pemberian obat dalam bentuk suntikan juga berhubungan erat dengan biaya yang akan dibayarkan pasien. Komunikasi timbal balik antara penderita dengan tenaga kesehatan dapat meluruskan kesalahpahaman tentang pemberian obat melalui suntikan. Hal tersebut diharapkan akan dapat menurunkan kemungkinan penyalahgunaan pemilihan cara pemberian obat. Kulit berfungsi sebagai          pelindung. Tubuh kita hampir tidak dapat terinfeksi melalui kulit, bila kulit tidak dirusak atau tidak dilukai melalui tusukan jarum suntik atau trauma mekanik lainnya. Banyak mikroba normal atau patogen ada di sekitar kita, yang mungkin dapat menginfeksi. Resiko infeksi oleh kuman atau mikroba patogen cukup tinggi. Bahkan oleh bakteri yang tidak membutuhkan zat asam atau oksigen dalam hidupnya. Infeksi oleh kuman jenis ini sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal, seperti tetanus. Pemberian obat melalui suntikan merupakan salah satu cara penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan. Obat-obat yang diberikan dalam bentuk suntikan umumnya adalah untuk tindakan pengobatan. Di samping itu juga diberikan pada imunisasi, transfusi darah atau komponen darah, dan untuk tujuan kontrasepsi. Terjadinya infeksi pada bekas suntikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penggunaan ulang alat suntik tanpa sterilisasi merupakan sumber infeksi.
3.       Zaman dahulu, alat suntik umumnya digunakan berulang-ulang. Tabung alat suntik terbuat dari kaca dan baja stain less steel yang dapat disterilisasi ulang. Ternyata penggunaan alat kuno tersebut masih memberi peluang terjadinya infeksi, terutama oleh virus. Sekarang semua alat suntik sudah dibuat untuk sekali pakai atau disposible. Tetapi oleh pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab, alat suntik yang sudah digunakan justru dimanfaatkan lagi untuk suntikan berikutnya. Inilah yang dapat menyebabkan infeksi. Dari hasil penelitian ternyata hampir 40% dari praktek tak bermoral tersebut dilakukan oknum. Bahkan di negara miskin tertentu sampai 70%. Harga alat suntik sekali pakai sudah sangat murah dibandingkan harga obat yang disuntikkan. Apalagi bila dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan. Sebagai konsumen anda perlu memastikan bahwa alat suntik yang digunakan adalah sekali pakai, baru dan belum digunakan sebelumnya.
4.       Alat suntik yang sudah kadaluwarsa, juga berpeluang menyebabkan infeksi. Stabilitas kebebaskumanan alat suntik ada batasnya. Bila telah lewat batas tersebut, maka alat suntik tersebut harus dimusnahkan. Alat suntik bekas dan lewat batas penggunaan sering dikumpulkan lagi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk dijual kembali ke pasar gelap (black market).
5.      Obat atau alat kesehatan dari sumber bantuan sering memiliki batas daluwarsa yang sudah dekat, sehingga berpotensi lewat daluwarsa. Penggunaan secara bersama dan tidak aseptis (tidak menjaga alat dan lingkungan tetap bebas mikroba) oleh pengguna obat-obat narkotika berpeluang besar terjadinya infeksi karena alat suntik. Beberapa infeksi virus yang sering terjadi adalah virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV) dan virus HIV. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi karena suntikan. Jangan menggunakan ulang alat suntik. Jangan menyuntik pada satu tempat bagian tubuh yang sama secara berulang-ulang. Jika seseorang menyuntik anda, pastikan mereka tahu apa yang dilakukan. Pastikan larutan obat suntik yang akan disuntikkan dalam keadaan bebas kuman. Jangan tusukkan jarum suntik yang sudah digunakan ke wadah obat suntik takaran berganda. Jangan menggunakan alat suntik secara bersama-sama. Jangan menggunakan alat suntik lebih dari satu kali walaupun untuk pasien dan obat yang sama. Alat suntik sekali pakai sangat murah dibandingkan harga obat yang akan disuntikkan dan merupakan tindakan sia-sia bila dibandingkan dengan resiko yang akan ditimbulkan. Pastikan anggota keluarga atau penderita sendiri yang menggunakan suntikan insulin di rumah betul-betul terlatih dan memahami prinsip bebas kuman. Untuk itu tidak ada pilihan lain, hanya menggunakan alat suntik sekali pakai. Kebijakan menggunakan satu alat suntik ber ulang kali untuk pasien yang sama, walaupun dengan obat yang sama perlu dihindarkan. Pak Makmur, penyebab infeksi pada anak Bapak, mungkin salah satu dari mekanisme di atas. Tidak ada maksud untuk menyudutkan pihak manapun. Ada kemungkinan penyebab infeksi bukan disebabkan oleh tenaga kesehatan yang menyuntik, tetapi oleh obatnya atau alat yang digunakan. Ada obat yang memeng rentan untuk tercemar oleh kuman seperti jamur.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu : sterilisasi uap (panas lembab), sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi), sterilisasi gas, sterilisasi dengan Radiasi.
Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu peruses untuk mematikan semua organismeyang terdapat pada atau didalam suatu benda. Hal ini diperlukan agar mikroba yang ingin ditumbuhkan diamati dan diisolasi terbebas dari mikroba lain (mikroba kontamina). Suatu bahan atau alat dikatakan steril bila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba, baik dalam bentuk sel vegetatife maupu spora sterilisasi dilakukan tehadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan. Sterlisasi dengan pemanasan ada 4 macam yaitu pemijaran, udara panas, uap air panas dan uap air panas bertekanan. Kemudian ada juga sterilisasi dengan metode penyinaran dan penyaringan.
Kesalahan dalam melaksanakan proses sterilisaasi dapat berakibat fatal,karena akan terjadi penularan penyakit dari satu individu ke individu yang lain atau bahkan terjadi infeksi yang akut terhadap pejamu rentan.

3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.      

No comments:

Post a Comment