MEKANISME
RESISTENSI DAN
EPIDIMOLOGI MALARIA
DI SUSUN OLEH : CEPI PRADANA
NPM : 12142013211
KELAS
: PSIK REG A3
SEMESTER
: II (DUA)
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEPERAWATAN
BINA
HUSADA
PELEMBANG
2013
Penyakit Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah yang disebabkan oleh
kuman Plasmodium yang ditularkan melalui vector nyamuk Anopheles.
A.
MEKANISME
RESISTENSI
Mekanisme
resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria dapat dijelaskan bahwa pada
dasarnya resistensi parasit terhadap suatu obat anti malaria timbul sebagai
akibat sasaran obat pada tingkat molekul atau mempengaruhi akses obat terhadap
sasarannya pada parasit malaria (Syafruddin, 2009). Terdapat dua mekanisme
utama yang berperan pada proses resistensi :
1-Perubahan Transport Obat
Fenomena
timbulnya perubahan pada sistem transport obat dapat dilihat pada resistensi
parasit terhadap obat-obat golongan kuinolin. Sebagaimana diketahui parasit malaria memerlukan asam amino untuk
sintesis protein. Hemoglobin adalah suatu protein yang sangat melimpah di
sitoplasma eritrosit dan berfungsi sebagai sumber utama asam amino untuk parasit.
Hemoglobin dicerna di dalam vakuola makanan, dan selanjutnya mengalami
metabolisme menjadi heme dan globin. Heme yang bebas bersifat toksik terhadap
parasit, tetapi parasit memiliki sistem detoksifikasi heme melalui polimerisasi
menjadi bentuk hemozoin.
Klorokuin
telah terbukti dapat berikatan dengan heme bebas sehingga dapat menghambat
proses polimerisasi dan menyebabkan kematian parasit. Klorokuin juga dapat
mempengaruhi fungsi vakuola makanan parasit dengan cara inhibisi aktivitas
protease aspartik dan sistein dimana sehingga proses pencernaan hemoglobin
tidak terjadi. Klorokuin secara kimiawi merupakan basa lemah sehingga terjadi
peningkatan pH vakuolar di atas pH optimum untuk aktivitas protease (Borst dan
Ouellette, 1995). Berbagai riset molekuler dalam beberapa dasawarsa terakhir telah
mengidentifikasi beberapa gen pada P. falciparum yang berkaitan dengan
resistensi terhadap klorokuin. Gen pfcrt yang terletak pada kromosom 7 dari
parasit malaria telah ditunjukkan berkaitan secara jelas dengan pewarisan sifat
resistensi klorokuin pada uji silang genetik (Wellems dan Plowe, 2001).
2- Perubahan Afinitas Perikatan
Enzim.
Menurut
Borst dan Ouellette (1995), mekanisme perubahan afinitas perikatan enzim
mencakup resistensi terhadap obat-obat golongan antifolat, sulfa dan analog
koenzim Q. Pirimetamin dan proguanil menghambat aktivitas enzim dihydrofolate
reductase (dhfr) pada sistem biosintesis folat parasit malaria melalui
kompetisi perikatan, karena memiliki kemiripan struktur. Sulfadoksin menghambat
aktivitas enzim dihydropteroate synthetase (dhps) karena memiliki struktur yang
mirip dengan para-amino benzoic acid (PABA), salah satu subtrat yang dibutuhkan
pada proses pembentukan 7.8 dihidropteroat. Mutasi pada gen dhfr dan dhps yang
menyandi masing-masing enzim secara berturut dhfr dan dhps telah dibuktikan
menyebabkan perubahan afinitas perikatan enzim-enzim tersebut.
Menurut
Syafruddin (2009), beberapa riset yang bertujuan untuk mengungkapkan dasar
molekuler resistensi Plasmodium terhadap obat-obat sulfa telah menemukan
beberapa alel mutan gen dhps yang berkaitan dengan resistensi tersebut.
Kemampuan Plasmodium untuk memintas (bypass) aktivitas enzim dhps pada sistem
biosintesis folat dengan menggunakan folat endogen merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi resistensi. Oleh karena itu, meskipun parasit membawa gen dhps
yang mengalami mutasi dan dapat mengganggu aktivitas enzim tersebut, keadaan
masih dapat diatasi oleh parasit dengan menggunakan folat endogen.
B.
EPIDEMIOLOGI MALARIA
Epidemiologi
Malaria adalah ilmu yang mempelayari penyebaran
penyakit malaria dan faktor faktor yang mempengaruhinya.
Dalam Epidemiologi malaria hal penting yang harus
diperhatikan adalah hubungan antara Host ( penjamu ) , Agent ( Penyebab
penyakit ), dan Environment ( Lingkungan )
1. HOST ( Pejamu )
Adalah makluk
hidup termasuk manusia yang bisa
terinfeksi oleh agent atau penyakit . Bagi penjamu ada beberapa faktor
intrinsic yang dapat mempengaruhi kerentanan penjamu terhadap faktor agent. Faktor – faktor itu
mencakup :
Ø Usia : biasanya
merupakan faktor pejamu yang terpenting
dalam timbulnya suatu penyakit . karena
ada suatu penyakit yang hanya menyerang anak anak usia tertentu pula , atau adapula yang hanya
menyerang mereka yang telah berusia lanjut.
Ø Jenis
kelamin : ada penyakit tertentu
yang hanya menyerang jenis kelamin tertentu pula.
Ø Status
Perkawinan : faktor ini berkaitan dengan cara hidup . secara statistic didapatkan bahwa
morbiditas ( angka kesakitan ) dan mortalitas (angka kematian ) dari suatu atau
banyak penyakit yang berbeda di pengaruhi oleh perkawinan ( menikah, tridak menikah,janda dan duda ).
Ø Riwayat
Penyakit Sebelumnya : bagi mereka yang menderita penyakit
kronis atau yang pernah menderita suatu penyakit atau sakit keras akan lebih
rentan terhadap infeksi suatu penyakit tertentu , dibandingkan dengan yang
tidak pernah menderita penyakit kronis.
Ø Cara
hidup : cara hidup dipengaruhi oleh keadaan social ekonomi , tingkat pendidikan ,
ras atau golongan etnis , kebiasaan makan, minum, membuang kotoran .
Ø Sosial
Ekonomi : Keadaan social ekonomi erat
hubungannya dengan cara hidup.
Ø Hereditas
(keturunan ) : faktor ini berkaitan dengan ras .
Ø Status
Gizi : faktor gizi yang berhubungan dengan baik tidaknya gizi seseorang . secara
umum makin baik gizi seseotang , maka akan semakin baik sistim pertahanan tubuh
terhadap suatu penyakit.
Ø Tingkat
Imunitas : Faktor imunitas sangat
berpengaruh terhadap serangan penyakit , khususnya terhadap penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
faktor tersebut penting
diketahui diketahui karena akan mempengaruhi resiko untuk terpapar oleh sumber
penyakit atau penyakit. sedangkan manusia disebut Host Intermediate karena
dalam tubuh manusia terjadi siklus
aseksual penyakit malaria., nyamuk malaria disebut Host divinitif karena
didalam tubuh nyamuk terjadi siklus sexsual.
2. Agent ( Penyebab Penyakit )
Adalah semua unsure atau
elemen hidup ataupun tidak hidup dimana
didalam kehadirannya atau tidak hadirnya
, bila diikuti dengan kontak yang efektif
dengan manusia yang rentan , akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses suatu penyakit .
Agent penyakit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ø Agent
Biologis : adalah protozoa, metazoan,
bakteri, virus, jamur dan rickatsia.
Ø Agent
Kimia : adalah pestisida, obat-obatan, limbah industri, bahan pengawet makanan,
(food additives), selain itu termasuk juga bahan – bahan yang diproduksi tubuh
akibat suatu penyakit, misalnya diabetic asidosi , uretik uremia.
Ø Agent
Nutrisi : adalah Karbohidrat, lemak, protein , vitamin, mineral dan air.
Ø Agent
Mekanik : adalah friksi yang kronik dan
lain – lain kekuatan mekanik yang dapat mengakibatkan misalnya dislokasi dan
atau patah tulang.
Ø Agent Fisik
: adalah radiasi, ionisasi, suhu
udara, kelembaban , intensitas suara, getaran, panas,cahaya dan lain lain.
3.
Envirotment ( Lingkungan ).
Ø Lingkungan
Fisik : meliputi kondisi udara, musim
cuaca, dan kondisi giografi serta giologinya.
Ø Lingkungan
Biologik : meliputi hewan dan tumbuh
tumbuhan yang berfungsi sebagai agen , reservoir, maupun vector , dan mikroorganisme
safrofit serta tumbuh tumbuhan yang merupakan sumber nutrient tetapi mungkin
juga menjadi menjadi allergen.
Ø Lingkungan
social – ekonomi : meliputi
kepadatan penduduk ,stratifikasi social ( tingkat pendidikan,pekerjaan dan
lain lain ) , nilai – nilai social , kemiskinan.
Diagram
Hubungan Host , Agent dan environment sebagai berikut:
Penjelasannya
adalah sebagai berikut.
Host ( Penjamu) , manusia dan
nyamuk - adalah tempat berkembang
biaknya agent (parasit/plasmodium ). Agent ( parasit/plasmodium ) hidup didalam
tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk. Plasmodium/parasit hidup didalam tubuh
nyamuk secara seksual ( pembiakan melalui kawin ) dan hidup didalam tubuh
manusia dengan cara asexual ( pembiakan secara tidak kawin melalui
pembelahan diri ) . Envoronment ( LIngkungan ) adalah lingkungan dimana manusia
dan nyamuk berada . Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya
sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk tersebut. Perlu diketahui
tidak semua nyamuk Anopeles penyadi vector malaria.
Di Indonesia terdapat nyamuk
Anopeles kurang lebih 80 jenis, dari 80 jenis itu yang telah terbukti menjadi
vector penyebar penyakit malaria kurang
lebih 10 jenis.
C. Gejala Umum
Penyakit Malaria.
·
Demem
Menggigil
·
Sakit Kepala.
·
Lemah /
kurang tenaga.
·
Nyeri Otot /
Persendian.
·
Mundah.
·
Diare.
·
Anaemia
D. Cara Pemberantasan dan Pencegahan Malaria
1. Pemberantasan.
Penyebaran
penyakit malaria ditularkan oleh tiga komponen yang saling terkait disebut
Host, Agent dan Environment yang merupakan rantai penularan penyakit malaria.
Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga rantai komponen tersebut diatas saling mendukung.
Kegiatan
pemberantasan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan mata rantai
penularan tersebut diatas. Pemutusan mata rantai penularan – secara ringkas – harus ditujukan
kepada sasaran yang tepat, yaitu :
a.
Pemberantasan
Vektor.
Pemberantasan vector dilakukan
dengan cara membunuh nyamuk dewasa ( penyemprotan rumah dengan menggunakan
insektisida ) , membunuh jentik ( kegiatan
anti larva) dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan . Penyemprotan
rumah pada prinsipnya memperpendek umur nyamuk . dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh ,
pertumbuhannya tidak sampai selesai , sehingga penyebaran /transmisi penyakit
dapat terputus.
Demikian juga kegiatan anti larva dan menguranggi atau
menghilangkan tempat tempat perindukan , sehingga perkembangan jumlah (density) nyamuk dapat dikuranggi dan
akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria.
b. Penemuan dan pengobobatan penderita malaria.
1. Mencari penderita malaria.
Salah satu
cara untuk memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan cara menemukan
penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas khusus yang
mengunjunggi rumah secara teratur ( active case detection ) maupun dilakukan
secara pasif (passive case detection), yaitu memeriksa semua pasien yang
berkunjung ke unit pelayanan kesehatan (UKP) yaitu polindes, pustu, puskesmas
dan rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang menunjukan gejala klinis
malaria , bagi mereka yang diduga malaria diambil darahnya selanjutnya
dilakukan pemeriksaan parasitologi di laboratorium untuk menyakinkan bahwa
pasien itu menderita penyakit malaria.
2. Pengobatan penderita malaria.
Ada beberapa cara dan jenis
pengobatan terhadap tersangka atau penderita malaria yang meliputi :
a.
Pengobatan
malaria klinis.
Pengobatan yang diberikan
berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan
membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan tersebut.
b. Pengobatan radikal.
Pengobatan yang diberikan
kepada seseorang dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria . pengobatan
ini bertujuan untuk menjegah timbulnya kambuh / relapse.
2. Pencegahan.
a. Pencegahan
terhadap parasit yaitu dengan pengobatan propilaksis (pengobatan pencegahan ).
b.
Pencegahan terhadap vector / gigitan nyamuk.
Pencegahan
yang dapat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat , antara lain:
Ø Mengindari atau menguranggi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur
dengan menggunakan kelambu, pada malam hari tidak berada di luar rumah,
mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk , memakai obat nyamuk baker,
memasang kawat kasa pada jendela dan menjauhkan kandang ternak dari rumah.
Ø membersihkan tempat sarang nyamuk , dengan cara membersihkan semak – semak
di sekitar rumah dan melipat kain – kain yang tergantung dan mengusahakan di
dalam rumah tidak terdapat tempat – tempat yang gelap , mengalirkan genangan –
genangan air serta menimbun genangan – genangan air.
Ø Membunuh nyamuk dewasa ( dengan menyemprot insektisida ).
Ø Membunuh jentik – jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik.
Ø Membunuh jentik dengan menyemprot larvasida.
No comments:
Post a Comment