Wednesday, 8 May 2013

MEKANISME RESISTENSI DAN EPIDIMOLOGI MALARIA



MEKANISME RESISTENSI DAN
 EPIDIMOLOGI MALARIA

DI SUSUN OLEH    : CEPI PRADANA
NPM                         : 12142013211
KELAS                     : PSIK REG A3
SEMESTER              : II (DUA)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
BINA HUSADA
PELEMBANG
2013



Penyakit Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah yang disebabkan oleh kuman Plasmodium yang ditularkan melalui vector nyamuk Anopheles.

A.    MEKANISME RESISTENSI
Mekanisme resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya resistensi parasit terhadap suatu obat anti malaria timbul sebagai akibat sasaran obat pada tingkat molekul atau mempengaruhi akses obat terhadap sasarannya pada parasit malaria (Syafruddin, 2009). Terdapat dua mekanisme utama yang berperan pada proses resistensi :
1-Perubahan Transport Obat
Fenomena timbulnya perubahan pada sistem transport obat dapat dilihat pada resistensi parasit terhadap obat-obat golongan kuinolin. Sebagaimana diketahui  parasit malaria memerlukan asam amino untuk sintesis protein. Hemoglobin adalah suatu protein yang sangat melimpah di sitoplasma eritrosit dan berfungsi sebagai sumber utama asam amino untuk parasit. Hemoglobin dicerna di dalam vakuola makanan, dan selanjutnya mengalami metabolisme menjadi heme dan globin. Heme yang bebas bersifat toksik terhadap parasit, tetapi parasit memiliki sistem detoksifikasi heme melalui polimerisasi menjadi bentuk hemozoin.
Klorokuin telah terbukti dapat berikatan dengan heme bebas sehingga dapat menghambat proses polimerisasi dan menyebabkan kematian parasit. Klorokuin juga dapat mempengaruhi fungsi vakuola makanan parasit dengan cara inhibisi aktivitas protease aspartik dan sistein dimana sehingga proses pencernaan hemoglobin tidak terjadi. Klorokuin secara kimiawi merupakan basa lemah sehingga terjadi peningkatan pH vakuolar di atas pH optimum untuk aktivitas protease (Borst dan Ouellette, 1995). Berbagai riset molekuler dalam beberapa dasawarsa terakhir telah mengidentifikasi beberapa gen pada P. falciparum yang berkaitan dengan resistensi terhadap klorokuin. Gen pfcrt yang terletak pada kromosom 7 dari parasit malaria telah ditunjukkan berkaitan secara jelas dengan pewarisan sifat resistensi klorokuin pada uji silang genetik (Wellems dan Plowe, 2001).
2- Perubahan Afinitas Perikatan Enzim.
Menurut Borst dan Ouellette (1995), mekanisme perubahan afinitas perikatan enzim mencakup resistensi terhadap obat-obat golongan antifolat, sulfa dan analog koenzim Q. Pirimetamin dan proguanil menghambat aktivitas enzim dihydrofolate reductase (dhfr) pada sistem biosintesis folat parasit malaria melalui kompetisi perikatan, karena memiliki kemiripan struktur. Sulfadoksin menghambat aktivitas enzim dihydropteroate synthetase (dhps) karena memiliki struktur yang mirip dengan para-amino benzoic acid (PABA), salah satu subtrat yang dibutuhkan pada proses pembentukan 7.8 dihidropteroat. Mutasi pada gen dhfr dan dhps yang menyandi masing-masing enzim secara berturut dhfr dan dhps telah dibuktikan menyebabkan perubahan afinitas perikatan enzim-enzim tersebut.
Menurut Syafruddin (2009), beberapa riset yang bertujuan untuk mengungkapkan dasar molekuler resistensi Plasmodium terhadap obat-obat sulfa telah menemukan beberapa alel mutan gen dhps yang berkaitan dengan resistensi tersebut. Kemampuan Plasmodium untuk memintas (bypass) aktivitas enzim dhps pada sistem biosintesis folat dengan menggunakan folat endogen merupakan faktor yang dapat mempengaruhi resistensi. Oleh karena itu, meskipun parasit membawa gen dhps yang mengalami mutasi dan dapat mengganggu aktivitas enzim tersebut, keadaan masih dapat diatasi oleh parasit dengan menggunakan folat endogen.
B.      EPIDEMIOLOGI MALARIA
Epidemiologi Malaria adalah ilmu yang mempelayari penyebaran  penyakit malaria dan faktor faktor yang mempengaruhinya.
            Dalam Epidemiologi malaria hal penting yang harus diperhatikan adalah hubungan antara Host ( penjamu ) , Agent ( Penyebab penyakit ), dan Environment ( Lingkungan ) 


1. HOST ( Pejamu )
Adalah makluk hidup termasuk manusia    yang bisa terinfeksi oleh agent atau penyakit . Bagi penjamu ada beberapa faktor intrinsic yang dapat mempengaruhi kerentanan penjamu  terhadap faktor agent. Faktor – faktor itu mencakup :
Ø  Usia : biasanya merupakan faktor  pejamu yang terpenting dalam timbulnya suatu penyakit  . karena ada suatu penyakit yang hanya menyerang anak anak  usia tertentu pula , atau adapula yang hanya menyerang mereka yang telah berusia lanjut.
Ø  Jenis kelamin : ada penyakit  tertentu  yang hanya menyerang jenis kelamin tertentu pula.
Ø  Status Perkawinan  : faktor ini berkaitan dengan cara hidup . secara statistic didapatkan bahwa morbiditas ( angka kesakitan ) dan mortalitas (angka kematian ) dari suatu atau banyak penyakit yang berbeda di pengaruhi oleh perkawinan ( menikah, tridak menikah,janda dan duda ).
Ø  Riwayat Penyakit Sebelumnya  : bagi mereka yang menderita penyakit kronis atau yang pernah menderita suatu penyakit atau sakit keras akan lebih rentan terhadap infeksi suatu penyakit tertentu , dibandingkan dengan yang tidak pernah menderita penyakit kronis.
Ø  Cara hidup  : cara hidup dipengaruhi oleh keadaan social ekonomi , tingkat pendidikan , ras atau golongan etnis , kebiasaan makan, minum, membuang kotoran .
Ø  Sosial Ekonomi : Keadaan social ekonomi erat hubungannya dengan cara hidup.
Ø  Hereditas (keturunan )  : faktor ini berkaitan dengan ras .
Ø  Status Gizi  : faktor gizi yang berhubungan dengan baik tidaknya gizi seseorang  . secara umum makin baik gizi seseotang , maka akan semakin baik sistim pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
Ø  Tingkat Imunitas : Faktor imunitas sangat berpengaruh terhadap serangan penyakit , khususnya terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

faktor tersebut penting diketahui diketahui karena akan mempengaruhi resiko untuk terpapar oleh sumber penyakit atau penyakit.  sedangkan  manusia disebut Host Intermediate karena dalam tubuh manusia  terjadi siklus aseksual penyakit malaria., nyamuk malaria disebut Host divinitif karena didalam tubuh nyamuk terjadi siklus sexsual.

2. Agent ( Penyebab Penyakit )
Adalah semua unsure atau elemen hidup ataupun tidak  hidup dimana didalam kehadirannya  atau tidak hadirnya , bila diikuti dengan kontak yang efektif  dengan manusia yang rentan , akan menjadi  stimulasi untuk memudahkan  terjadinya suatu proses suatu penyakit . Agent penyakit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ø  Agent Biologis : adalah protozoa, metazoan, bakteri, virus, jamur dan rickatsia.
Ø  Agent Kimia  : adalah pestisida, obat-obatan, limbah industri, bahan pengawet makanan, (food additives), selain itu termasuk juga bahan – bahan yang diproduksi tubuh akibat suatu penyakit, misalnya diabetic asidosi , uretik uremia.
Ø  Agent Nutrisi : adalah Karbohidrat, lemak, protein , vitamin, mineral dan air.
Ø  Agent Mekanik :  adalah friksi yang kronik dan lain – lain kekuatan mekanik yang dapat mengakibatkan misalnya dislokasi dan atau patah tulang.
Ø  Agent Fisik : adalah radiasi, ionisasi, suhu udara, kelembaban , intensitas suara, getaran, panas,cahaya dan lain lain.

3. Envirotment ( Lingkungan ).
Ø  Lingkungan Fisik : meliputi kondisi udara, musim cuaca, dan kondisi giografi serta giologinya.
Ø  Lingkungan Biologik : meliputi hewan dan tumbuh tumbuhan yang berfungsi sebagai agen , reservoir, maupun vector , dan mikroorganisme safrofit serta tumbuh tumbuhan yang merupakan sumber nutrient tetapi mungkin juga menjadi menjadi allergen.
Ø  Lingkungan social – ekonomi : meliputi kepadatan penduduk ,stratifikasi social              ( tingkat pendidikan,pekerjaan dan lain lain ) , nilai – nilai social , kemiskinan.
Diagram Hubungan Host , Agent dan environment sebagai berikut:
Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Host ( Penjamu) , manusia dan nyamuk  - adalah tempat berkembang biaknya agent (parasit/plasmodium ). Agent ( parasit/plasmodium ) hidup didalam tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk. Plasmodium/parasit hidup didalam tubuh nyamuk secara seksual ( pembiakan melalui kawin ) dan hidup didalam tubuh manusia dengan cara asexual          ( pembiakan secara tidak kawin  melalui pembelahan diri ) . Envoronment ( LIngkungan ) adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada . Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk tersebut. Perlu diketahui tidak semua nyamuk Anopeles penyadi vector malaria.
Di Indonesia terdapat nyamuk Anopeles kurang lebih 80 jenis, dari 80 jenis itu yang telah terbukti menjadi vector penyebar penyakit malaria kurang  lebih 10 jenis.

C. Gejala Umum Penyakit Malaria.
·         Demem Menggigil
·          Sakit Kepala.
·         Lemah / kurang tenaga.
·         Nyeri Otot / Persendian.
·         Mundah.
·         Diare.
·         Anaemia



D. Cara Pemberantasan dan Pencegahan Malaria
1. Pemberantasan.
Penyebaran penyakit malaria ditularkan oleh tiga komponen yang saling terkait disebut Host, Agent dan Environment yang merupakan rantai penularan penyakit malaria. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga rantai  komponen tersebut diatas saling mendukung.
Kegiatan pemberantasan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan mata rantai penularan tersebut diatas. Pemutusan mata rantai  penularan – secara ringkas – harus ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu :
a.       Pemberantasan Vektor.
Pemberantasan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa               ( penyemprotan rumah dengan menggunakan  insektisida ) , membunuh jentik       ( kegiatan anti larva) dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan . Penyemprotan rumah pada prinsipnya memperpendek umur nyamuk . dengan dibunuhnya nyamuk  maka parasit yang ada dalam tubuh , pertumbuhannya tidak sampai selesai , sehingga penyebaran /transmisi penyakit dapat terputus.
Demikian  juga kegiatan anti larva dan menguranggi atau menghilangkan tempat tempat perindukan , sehingga perkembangan  jumlah (density) nyamuk dapat dikuranggi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria. 
     
b. Penemuan dan pengobobatan penderita malaria.
      1. Mencari penderita malaria.
Salah satu cara untuk memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan cara menemukan penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas khusus yang mengunjunggi rumah secara teratur ( active case detection ) maupun dilakukan secara pasif (passive case detection), yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan (UKP) yaitu polindes, pustu, puskesmas dan rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang menunjukan gejala klinis malaria , bagi mereka yang diduga malaria diambil darahnya selanjutnya dilakukan pemeriksaan parasitologi di laboratorium untuk menyakinkan bahwa pasien itu menderita penyakit malaria. 

    2. Pengobatan penderita malaria.
Ada beberapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita malaria yang meliputi :
a.       Pengobatan malaria klinis.
Pengobatan yang diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan tersebut.
b.      Pengobatan radikal.
Pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria . pengobatan ini bertujuan untuk menjegah timbulnya kambuh / relapse.

2. Pencegahan.
a.      Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan propilaksis (pengobatan pencegahan ).
  b.      Pencegahan terhadap vector / gigitan nyamuk.
 Pencegahan yang dapat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat , antara lain:
Ø  Mengindari atau menguranggi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur dengan menggunakan kelambu, pada malam hari tidak berada di luar rumah, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk , memakai obat nyamuk baker, memasang kawat kasa pada jendela dan menjauhkan kandang ternak dari rumah.
Ø  membersihkan tempat sarang nyamuk , dengan cara membersihkan semak – semak di sekitar rumah dan melipat kain – kain yang tergantung dan mengusahakan di dalam rumah tidak terdapat tempat – tempat yang gelap , mengalirkan genangan – genangan air serta menimbun genangan – genangan air.
Ø  Membunuh nyamuk dewasa ( dengan menyemprot insektisida ).
Ø  Membunuh jentik – jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik.
Ø  Membunuh jentik dengan menyemprot larvasida.

No comments:

Post a Comment