SISTEM
PENCERNAAN
KATAK/AMFIBI
Taksonomi
amfibi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Kelas : Amfibia
Ordo :
Gymnophiona (Sesilia), Apoda (Salamander), Anura (Katak atau kodok)
Morfologi Amfibi
ü Lipatan dorso-lateral
ü Timpanum
ü Moncong
ü Nuptial pads (untuk perkawinan)
ü Selaput renang
ü Kutil subartikular
ü Ujung jari halus (smooth tips)
ü Ujung jari membentuk kerucut (conical tips)
ü Ujung jari rata dengan lekuk tipis melingkar
(circum-marginal groove)
ü Ujung jari membentuk spatula (spatulated tips)
ü Ujung jari bercakar (clawed tips)
ü Kelenjar parotoid (parotoid gland)
ü Pematang supraorbital
ü Arciferal scapular girdle
ü Firmisternal scapular girdle
ü Pematang parietal
A.
PENGERTIAN
HEWAN AMFIBI
Amphibi
merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa
Yunani yaitu Amphi
yang berarti dua dan Bios
yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai
dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Amfibi
adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000
spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini
berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi
memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup
di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan
di atas daratan.
Amfibia
bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah.
Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah
tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian
berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di
daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernafas dengan paru-paru.
Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan
ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan
menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi
terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993).
Amphibia
memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata
terdapat membrana nictitans
yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain
yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi
seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri
terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase
dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau
perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus
hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya
anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa.
Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang
biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya
berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang
biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya.
Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb,
1986).
Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka
menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan
danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan
juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode
kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai
dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat
bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Sebagai hewan yang berdarah
dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan
hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering
berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama dalam jumlah
besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi mempedulikan
telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur. Umumnya spesies
amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat terancam
pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti
musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun. Katak beracun dari Amerika
Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun
katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya,
dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus.
Amfibia atau amfibi
(Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam, yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air,
atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas,
larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat
basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk
(bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa,
yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan
bernapas dengan paru-paru.
Amfibia
mempunyai ciri-ciri:
Penutup
tubuh
|
kulit
yang berlendir
|
Alat
gerak
|
dua
pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di
antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
|
Alat
pernapasan
|
pernapasan
pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa
paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk
ke dalam rongga mulut ketika menyelam
|
Suhu
tubuh
|
tidak
tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah
dingin/poikiloterm)
|
Peredaran
darah
|
Tertutup
|
Alat
penglihatan
|
Mata
dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang
sangat berfungsi waktu menyelam
|
Berkembang
biak
|
dengan
cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya
(pembuahan eksternal
|
Jantung
|
terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu
bilik
|
B.
SISTEM
PENCERNAAN HEWAN AMFIBI/KATAK
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di
akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai
struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap
untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai
kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang
menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus
yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus
meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang
mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh
ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein,
lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk
mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan
dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari
ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar
dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar
terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan
ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam
intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus
yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas.
Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam
intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada
dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak,
tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke
luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai
variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan
antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang
relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.
Sistem
pencernaan Amphibi hampir sama seperti pada Pisces, meskipun keduanya memiliki
makanan yang berbeda. Sistem pencernaan Amphibi lebih rincinya sebagai berikut:
1.
Rongga
mulut
Rongga mulut
atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi berbentuk kerucut untuk
memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Gigi Amphibi berbentuk V
dengan perkembangan yang tidak sempurna. Giginya terdapat pada rahang atas dan
rahang bawah. Pada rahang atas disebut gigi maxilaris sedangkan pada rahang
bawah disebut gigi vomerin.
Lidah katak
berbentuk menggulung, panjang dan bertekstur kenyal dan lengket, digunakan
untuk menangkap mangsa. Mangsa yang berupa hewan kecil, kebanyakan serangga,
akan dibasahi oleh air liur. Meskipun demikian, Amphibi tidak begitu banyak
memiliki kelenjar ludah.
Gambar:
morfologi rongga mulut Amphibi
2.
Kerongkongan
( esofagus )
Setelah dari dari cavum
oris, makanan menuju esofagus yang berupa saluran pendek. Esofagus akan
menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk lambung.
3.
Lambung
( ventrikulus )
Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan. Berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya
esofagus dan lubang keluar menuju usus. Bagian muka ventrikulus yang besar
disebut cardiac, sedang bagian posterior mengecil dan berakhir di pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas
makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung
enzim atau fermen, yang merupakan katalisator. Tiap – tiap enzim mengubah
sekelompok makanan menjadi ikatan – ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang
dihasilkan oleh ventrikulus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin
untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu, ventrikulus juga
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Mengasamkan bahan
makanan berguna untuk membunuh mangsa dan membunuh kuman penyakit, mengingat
mangsa katak adalah serangga atau hewan kecil lainnya yang mungkin masih hidup.
Gerakan yang menyebabkan makanan berjalan dalam saluran disebut gerakan
peristaltik.
Di dekat
lambung, menempel pankreas yang berwarna kuning yang menghasilkan enzim untuk
mencerna makanan.
Selain itu juga terdapat
hepar yang menghasilkan cairan empedu yang menetralisir racun dan zat – zat
toxic yang masuk ke saluran pencernaan katak. Hepar yang besar terdiri ats
beberapa lobus dan bilus ( zat empedu ) yang dihasilkan akan ditampung
sementara dalam vesica felea yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum
melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang
merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pancreas. Fungsi bilus
untuk mengemulsi zat lemak.
4.
Usus
( intestinum )
Dapat dibedakan
atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan
ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Di dalam usus terjadi penyerapan
makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas.
Makanan masuk
ke dalam intestinum melalui ventrikulus melalui klep pyloris.
5.
Usus
besar
Di dalam usus besar katak
hanya terjadi penyerapan air dan pembusukan sisa makanan. Bahan makanan yang
merupakan sisa dalam intestinum mayor akan menjadi feses. Usus besar berakhir
pada rektum dan akan menuju kloaka.
6.
Kloaka
Merupakan muara bersama
antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi
terdiri atas kelenjar ludah hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan,
terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duodenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
Amfibi memiliki beragam ciri
morfologis yang berbeda antar ordo. Secara umum, semua amfibi memiliki kulit
yang tipis dan halus. Berberapa jenis menggunakan kulitnya untuk respirasi dan
pertukaran gas dengan udara. Sebagian besar jenis amfibi memiliki mata yang
besar untuk mencari mangsanya.
Amfibi adalah satwa vertebrata
dengan jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit,
amfibi merupakan vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat
dan merupakan nenek moyang reptil. Dari ketiga Ordo tersebut, salamander adalah
satu-satunya kelompok yang tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di
Amerika utara dan tengah sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika,
Jepang dan Taiwan.
Ordo Gymnophiona
juga dikenal dengan nama lain sesilia. Ordo ini terdiri dari 34 genera dan 5
famili. Jumlah jenis dari Ordo tersebut adalah sebanyak 163 jenis, atau sekitar
3.5% dari seluruh jenis amfibi. Satwa dari Ordo Gymnophiona memiliki tubuh
panjang tanpa kaki, seperti cacing. Ciri-ciri seperti bentuk tulang, gigi dan
lemak dalam tubuh menyerupai amfibi, sehingga sesilia termasuk dalam kelas
tersebut. Sebagian besar sesilia berwarna abu-abu kebiruan. Ukurannya berkisar
dari 7 cm sampai 1.5 m. Satwa sesilia jarang ditemui. Ordo Gymnophiona tersebar
di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, serta Afrika Tengah. Di Asia
Selatan sesilia terdapat dari bagian selatan Cina, India, Sri Lanka sampai
Filipina selatan. Di Indonesia sesilia terdapat di pulau Sumatra, Jawa dan
Kalimantan.
Katak dan
kodok adalah anggota dari Ordo Anura. Untuk penjelasan seterusnya, kelompok ini
akan disebut katak. Ordo tersebut terdiri dari 20 famili dengan 303 genera.
Saat ini terdapat lebih dari 4,100 jenis Anura di dunia, atau sekitar 87% dari
semua jenis amfibi. Indonesia memiliki sekitar 376 jenis amfibi (IUCN 2007).
Jumlah jenis amfibi terus bertambah dengan adanya penemuan jenis-jenis baru.
Katak dan
kodok merupakan amfibi yang paling mudah dikenal. Kata “anura” berarti
“tanpa ekor”. Anura dewasa tidak memiliki ekor. Tubuh katak tampak seperti
berjongkok dengan empat kaki. Kaki depan berukuran lebih kecil daripada kaki
depan. Kaki belakang berfungsi untuk melompat. Kepala katak tidak dipisahkan
dari badan oleh leher yang jelas. Katak memiliki mata yang besar dengan pupil
horizontal atau vertikal.
Katak dan
kodok berbeda dari ciri katak yang memiliki kulit tipis dan halus, tubuh
ramping, dan kaki yang lebih kurus dan panjang. Kodok memiliki tubuh yang lebih
pendek dan gemuk dengan kulit kasar dan tertutup bintil-bintil. Warna katak
bervariasi, dari hijau, coklat, hitam, merah, oranye, kuning dan putih. Ukuran
SVL (snout vent length) Anura berkisar dari 1-35 cm, tetapi kebanyakan
berkisar antara 2-12 cm.
Morfologi
katak berbeda tergantung pada habitatnya. Katak pohon seperti famili
Rhacophoridae memiliki piringan (discs) pada ujung jarinya untuk
membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semi-akuatik seperti famili Ranidae
memiliki selaput diantara jari-jarinya untuk membantu dalam berenang. Katak
terestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi cenderung memiliiki
warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti pada genus
Megophrys.
Katak dan
kodok tersebar pada seluruh benua kecuali pada kedua kutub dan daerah gurun
yang sangat kering, dengan lebih dari 80% dari seluruh jenis terdapat di daerah
tropik dan sub-tropik. Kelompok ini terdapat di seluruh Indonesia, dari Sumatra
sampai Irian.
terimakasih banyak penjelasannya, menambah pengetahuan..
ReplyDeletehttp://obattraditional.com/obat-tradisional-radang-pankreas/